Minggu, 03 Oktober 2010

KALIMAT DASAR BAHASA INDONESIA

I. PENGENALAN INTIFRASE UNTUK MENGETAHUI INTI MAKNA
Frase : Satuan gramatikal (himpunan kata) yang merupakan kesatuan linguistic dan tidak melebihi fungsi S,P,O dan K.

Untuk mengetahui intifrase tidaklah sulit, demikian pula untuk mengetahui inti makna, keduanya saling berkait dan bersesuaian. Dimana titik inti makna berada disitulah intifrasenya. Jadi untuk mengetahui inti frase harus dipahami inti frase tersebut.

Contoh :
1. Selalu banyak alasan
2. Rumah yang indah
3. Tidak jadi pergi
4. Orang yang tinggi besar
5. Cantik sekali

II. PERBANDINGAN POLA KALIMAT
1. Kalimat Tunggal
Kalimat yang hanya terdiri dari unsur inti (S,P) atau satu klausa saja.

Contoh :
- Ayah seorang guru SMP
- Ibu sakit

2. Kalimat Majemuk
Kalimat yang terdiri dari dua atau lebih unsur inti dan keduanya saling bergantung atau sama derajat.

Contoh :
- Ayah membaca buku, Ibu memasak didapur.
- Rudi tidak senang bernyanyi, tetapi ia senang musik.

3. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat yang terdiri dari dua atau lebih unsur inti dan salah satu unsurnya menjadi bagian unsur yang lain.

Contoh :
- Rudi datang (ketika) saya sedang mandi.
- (karena) nenek sakit, kakek memasak.

III. PENENTUAN POLA KALIMAT INTI DALAM KALIMAT LAIN
Sebuah kalimat tunggal terdiri satu rangkain unsur inti (S,P). Perluasan dari kalimat tunggal biasanya tidak melewati batas (S,P) atau tidak membentuk pola kalimat baru.

Cara menentukan kalimat inti dari kalimat perluasan sebagai berikut :
- Orang yang tinggi besar itu sama sekali bukan tetangga pamanku.
Kalimat intinya : orang itu pamanku.
- Ia berlari dengan cepat agar tidak terlambat.
Kalimat intinya : Ia berlari.

Adapun cirri-ciri kalimat inti adalah sebagai berikut :
- bersusun S/P
- terdiri atas dua kata
- kalimat berita
- positif

KALIMAT DASAR BAHASA INDONESIA

KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA

Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional

Janganlah sekali-kali disangka bahwa berhasilnya bangsa Indonesia mempunyaibahasa Indonesia ini bagaikan anak kecil yang menemukan kelereng di tengah jalan.Kehadiran bahasa Indonesia mengikuti perjalanan sejarah yang panjang. Perjalanan itu dimulai sebelum kolonial masuk ke bumi
Nusantara, dengan bukti-bukti prasasti yang ada, misalnya yang didapatkan di Bukit Talang Tuwo dan Karang Brahi serta batu nisan di Aceh, sampai dengan tercetusnya inpirasi persatuan pemuda-pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 yang konsepa aslinya berbunyi:
Kami poetera dan poeteri Indonesia
mengakoe bertoempah darah satoe,
Tanah Air Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia
mengakoe berbangsa satoe,Bangsa Indonesia.Kami poetera dan poeteri Indonesiamendjoendjoeng bahasa persatoean,Bahasa Indonesia.
Kita tahu bahwa saat itu, sebelum tercetusnya Sumpah Pemuda, bahasa Melayudipakai sebagai lingua franca di seluruh kawasan tanah air kita. Hal itu terjadi sudahberabad-abad sebelumnya. Dengan adanya kondisi yang semacam itu, masyarakatkita sama sekali tidak merasa bahwa bahasa daerahnya disaingi. Di balik itu, merekatelah menyadari bahwa bahasa daerahnya tidak mungkin dapat dipakai sebagai alatperhubungan antar suku, sebab yang diajak komunikasi juga mempunyai bahasadaerah tersendiri. Adanya bahasa Melayu yang dipakai sebagai lingua franca ini puntidak akan mengurangi fungsi bahasa daerah. Bahasa daerah tetap dipakai dalamsituasi kedaerahan dan tetap berkembang. Kesadaran masyarakat yang semacamitulah, khusunya pemuda-pemudanya yang mendukung lancarnya inspirasi sakti diatas.
Apakah ada bedanya bahasa Melayu pada tanggal 27 Oktober 1928 dan bahasaIndonesia pada tanggal 28 Oktober 1928? Perbedaan ujud, baik struktur, sistem,maupun kosakata jelas tidak ada. Jadi, kerangkanya sama. Yang berbeda adalahsemangat dan jiwa barunya. Sebelum Sumpah Pemuda, semangat dan jiwa bahasaMelayu masih bersifat kedaerahan atau jiwa Melayu. Akan tetapi, setelah SumpahPemuda semangat dan jiwa bahsa Melayu sudah bersifat nasional atau jiwaIndonesia. Pada saat itulah, bahasa Melayu yang berjiwa semangat baru digantidengan nama bahasa Indonesia.
“Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional” yang diselenggarakan di Jakartapada tanggal 25-28 Februari 1975 antara lain menegaskan bahwa dalamkedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia berfungsi sebagailambang kebanggaan nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatuberbagai-bagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya danbahasanya, dan alat perhubungan antarbudaya antardaerah.
Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia ‘memancarkan’ nilai-nilaisosial budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan keluhuran nilai yang dicerminkanbangsa Indonesia, kita harus bangga dengannya, kita harus menjunjungnya, dankita harus mempertahankannya. Sebagai realisasi kebanggaan kita terhadap bahasaIndonesia, kita harus memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh takacuh. Kita harus bngga memakainya dengan memelihara dan mengembangkannya.
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan ‘lambang’ bangsaIndonesia. Ini beratri, dengan bahasa Indonesia akan dapat diketahui siapa kita,yaitu sifat, perangai, dan watak kita sebagai bangsa Indonesia. Karena fungsinyayang demikian itu, maka kita harus menjaganya jangan sampai ciri kepribadian kitatidak tercermin di dalamnya. Jangan sampai bahasa Indonesia tidak menunjukkangambaran bangsa Indonesia yang sebenarnya.
Dengan fungsi yang ketiga memungkinkan masyarakat Indonesia yang beragamlatar belakang sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat menyatu danbersatu dalam kebangsaan, cita-cita, dan rasa nasib yang sama. Dengan bahasaIndonesia, bangsa Indonesia merasa aman dan serasi hidupnya, sebab mereka tidak merasa bersaing dan tidak merasa lagi ‘dijajah’ oleh masyarakat suku lain. Apalagidengan adanya kenyataan bahwa dengan menggunakan bahasa Indonesia, identitassuku dan nilai-nilai sosial budaya daerah masih tercermin dalam bahasa daerahmasing-masing. Kedudukan dan fungsi bahasa daerah masih tegar dan tidakbergoyah sedikit pun. Bahkan, bahasa daerah diharapkan dapat memperkayakhazanah bahasa Indonesia.
Dengan fungsi keempat, bahasa Indonesia sering kita rasakan manfaatnya dalamkehidupan sehari-hari. Bayangkan saja apabila kita ingin berkomunikasi denganseseorang yang berasal dari suku lain yang berlatar belakang bahasa berbeda,mungkinkah kita dapat bertukar pikiran dan saling memberikan informasi?Bagaimana cara kita seandainya kita tersesat jalan di daerah yang masyarakatnyatidak mengenal bahasa Indonesia? Bahasa Indonesialah yang dapat menanggulangisemuanya itu. Dengan bahasa Indonesia kita dapat saling berhubungan untuk segalaaspek kehidupan. Bagi pemerintah, segala kebijakan dan strategi yang berhubungandengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan kemanan(disingkat:ipo le k so sbudhank am) mudah diinformasikan kepada warganya. Akhirnya,apabila arus informasi antarkita meningkat berarti akan mempercepat peningkatanpengetahuan kita. Apabila pengetahuan kita meningkat berarti tujuan pembangunanakan cepat tercapai.
Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara/Resmi
Sebagaimana kedudukannya sebagai bhasa nasional, bahasa Indonesia sebagai bahasa negara/resmi pun mengalami perjalanan sejarah yang panjang. Hal ini terbukti pada uraian berikut.
Secara resmi adanya bahasa Indonesia dimulai sejak Sumpah Pemuda, 28 Oktober1928. Ini tidak berarti sebelumnya tidak ada. Ia merupakan sambungan yang tidaklangsung dari bahasa Melayu. Dikatakan demikian, sebab pada waktu itu bahasaMelayu masih juga digunakan dalam lapangan atau ranah pemakaian yang berbeda.Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa resmi kedua oleh pemerintah jajahanHindia Belanda, sedangkan bahasa Indonesia digunakan di luar situasi pemerintahantersebut oleh pemerintah yang mendambakan persatuan Indonesia dan yangmenginginkan kemerdekaan Indonesia. Demikianlah, pada saat itu terjadi dualismepemakaian bahasa yang sama tubuhnya, tetapi berbeda jiwanya: jiwa kolonial danjiwa nasional.Secara terperinci perbedaan lapangan atau ranah pemakaian antara kedua
bahasa itu terlihat pada perbandingan berikut ini.
Bahasa Melayu:
a. Bahasa resmi kedua di sampingbahasa Belanda, terutama untuktingkat yang dianggap rendah.
b. Bahasa yang diajarkan di sekolah-sekolah yang didirikan ataumenurut sistem pemerintah HindiaBelanda.
c. Penerbitan-penerbitan yang dikelolaoleh jawatan pemerintah HindiaBelanda.

Bahasa Indonesia:
a. Bahasa yang digunakan dalamgerakan kebangsaan untuk mencapaikemerdekaan Indonesia.
b. Bahasa yang digunakan dalampenerbitan-penerbitan yang bertuju-an untuk mewujudkan cita-citaperjuangan kemerdekaan Indonesiabaik berupa:
1) bahasa pers,
2) bahasa dalam hasil sastra.
Kondisi di atas berlangsung sampai tahun 1945.
Bersamaan dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17Agustus 1945, diangkat pulalah bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Hal itudinyatakan dalam Uud 1945, Bab XV, Pasal 36. Pemilihan bahasa sebagai bahasanegara bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan. Terlalu banyak hal yang harusdipertimbangkan. Salah timbang akan mengakibatkan tidak stabilnya suatu negara.Sebagai contoh konkret, negara tetangga kita Malaysia, Singapura, Filipina, danIndia, masih tetap menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi di negaranya

walaupun sudah berusaha dengan sekuat tenaga untuk menjadikan bahasanya
sendiri sebagai bahasa resmi.
Hal-hal yang merupakan penentu keberhasilan pemilihan suatu bahasa sebagaibahasa negara apabila bahasa tersebut dikenal dan dikuasai oleh sebagian besarpenduduk negara itu, secara geografis, bahasa tersebut lebih menyeluruhpenyebarannya, dan bahasa tersebut diterima oleh seluruh penduduk negara itu. Masyarakat multilingual yang terdapat di negara itu saling ingin mencalonkan bahasa daerahnya sebagai bahasa negara. Mereka saling menolak untuk menerima bahasa daerah lain sebagai bahasa resmi kenegaraan. Tidak demikian halnya dengan negara Indonesia.Ketiga faktor di atas sudah dimiliki bahasa Indonesia sejak tahun 1928. Bahkan, tidakhanya itu. Sebelumnya bahasa Indonesia sudah menjalankan tugasnya sebagaibahasa nasional, bahasa pemersatu bangsa Indonesia. Dengan demikian, hal yangdianggap berat bagi negara-negara lain, bagi kita tidak merupakan persoalan. Olehsebab itu, kita patut bersyukur kepada Tuhan atas anugerah besar ini.

Dalam “Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional” yang diselenggarakan
di Jakarta pada tanggal 25 s.d. 28 Februari 1975 dikemukakan bahwa di dalam
kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia befungsi sebagai(1) bahasa resmi kenegaraan,(2) bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan,(3) bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah, dan
(4) bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan serta teknologi modern.
Keempat fungsi itu harus dilaksanakan, sebab minimal empat fungsi itulah memangsebagai ciri penanda bahwa suatu bahasa dapat dikatakan berkedudukan sebagaibahasa negara.
Pemakaian pertama yang membuktikan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasaresmi kenegaran ialah digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah proklamasikemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu dipakailah bahasa Indonesia dalam segalaupacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulis.
Keputusan-keputusan, dokumen-dokumen, dan surat-surat resmi yangdikeluarkan oleh pemerintah dan lembaga-lembaganya dituliskan di dalam bahasaIndonesia. Pidato-pidato atas nama pemerintah atau dalam rangka menuanaikantugas pemerintahan diucapkan dan dituliskan dalam bahasa Indonesia. Sehubungandengan ini kita patut bangga terhadap presiden kita, Soeharto yang selalumenggunakan bahasa Indonesia dalam situsi apa dan kapan pun selama beliaumengatasnamakan kepala negara atau pemerintah. Bagaimana dengan kita?
Sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia dipakai sebagai bhasa pengantar dilembaga-lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai denganperguruan tinggi. Hanya saja untuk kepraktisan, beberapa lembaga pendidikanrendah yang anak didiknya hanya menguasai bahasa ibunya (bahasa daerah)menggunakan bahasa pengantar bahasa daerah anak didik yang bersangkutan. Halini dilakukan sampai kelas tiga Sekolah Dasar.
Sebagai konsekuensi pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dilembaga pendidikan tersebut, maka materi pelajaran ynag berbentuk media cetakhendaknya juga berbahasa Indonesia. Hal ini dapat dilakukan denganmenerjemahkan buku-buku yang berbahasa asing atau menyusunnya sendiri.Apabila hal ini dilakukan, sangatlah membantu peningkatan perkembangan bahasaIndonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknolologi (iptek). Mungkin padasaat mendatang bahasa Indonesia berkembang sebagai bahasa iptek yang sejajardengan bahasa Inggris.

FUNGSI BAHASA

Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim bahasa harus menguasai bahasanya.
Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder. Arbitrer yaitu tidak adanya hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya.
Fungsi Bahasa Dalam Masyarakat :1. Alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia.2. Alat untuk bekerja sama dengan sesama manusia.3. Alat untuk mengidentifikasi diri
Contoh Bahasa sebagai Alat Ekspresi Diri
Pada awalnya, seorang anak menggunakan bahasa untuk mengekspresikan kehendaknya atau perasaannya pada sasaran yang tetap, yakni ayah-ibunya. Dalam perkembangannya, seorang anak tidak lagi menggunakan bahasa hanya untuk mengekspresikan kehendaknya, melainkan juga untuk berkomunikasi dengan lingkungan di sekitarnya. Setelah kita dewasa, kita menggunakan bahasa, baik untuk mengekspresikan diri maupun untuk berkomunikasi.
Sebagai contoh lainnya, tulisan yg kita dibuat dibuku, merupakan hasil ekspresi dari diri kita. Pada saat kita menulis, kita tidak memikirkan siapa pembaca kita. Kita hanya menuangkan isi hati dan perasaan kita tanpa memikirkan apakah tulisan itu dipahami orang lain atau tidak. Akan tetapi, pada saat kita menulis surat kepada orang lain, kita mulai berpikir kepada siapakah surat itu akan ditujukan. Kita memilih cara berbahasa yang berbeda kepada orang yang kita hormati dibandingkan dengan cara berbahasa kita kepada teman kita.
Pada saat menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan diri, kita tidak perlu mempertimbangkan atau memperhatikan siapa yang menjadi pendengarnya, pembacanya, atau khalayak sasarannya. kita menggunakan bahasa hanya untuk kepentingan pribadi.
Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita. Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri antara lain :
- agar menarik perhatian orang lain terhadap kita,
- keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi
Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang sebagai alat untuk menyatakan dirinya sendiri.
Contoh Bahasa sebagai Alat Komunikasi
Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sezaman dengan kita.
Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita.
Bahasa sebagai alat ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekaligus pula merupakan alat untuk menunjukkan identitas diri. Melalui bahasa, kita dapat menunjukkan sudut pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal usul bangsa dan negara kita, pendidikan kita, bahkan sifat kita. Bahasa menjadi cermin diri kita, baik sebagai bangsa maupun sebagai diri sendiri.
Contoh Bahasa sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial
Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain. Anggota-anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya. Ia memungkinkan integrasi (pembauran) yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya
Cara berbahasa tertentu selain berfungsi sebagai alat komunikasi, berfungsi pula sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial. Pada saat kita beradaptasi kepada lingkungan sosial tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan kita gunakan bergantung pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang berbeda pada orang yang berbeda. Kita akan menggunakan bahasa yang nonstandar di lingkungan teman-teman dan menggunakan bahasa standar pada orang tua atau orang yang kita hormati.
Pada saat kita mempelajari bahasa asing, kita juga berusaha mempelajari bagaimana cara menggunakan bahasa tersebut. Misalnya, pada situasi apakah kita akan menggunakan kata tertentu, kata manakah yang sopan dan tidak sopan. Bilamanakah kita dalam berbahasa Indonesia boleh menegur orang dengan kata Kamu atau Saudara atau Bapak atau Anda? Bagi orang asing, pilihan kata itu penting agar ia diterima di dalam lingkungan pergaulan orang Indonesia. Jangan sampai ia menggunakan kata kamu untuk menyapa seorang pejabat. Demikian pula jika kita mempelajari bahasa asing. Jangan sampai kita salah menggunakan tata cara berbahasa dalam budaya bahasa tersebut. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa, kita dengan mudah berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa tersebut.
Contoh Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial
Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial ini dapat diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat. Berbagai penerangan, informasi, maupun pendidikan disampaikan melalui bahasa. Buku-buku pelajaran dan buku-buku instruksi adalah salah satu contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial.
Ceramah agama atau dakwah merupakan contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Lebih jauh lagi, orasi ilmiah atau politik merupakan alat kontrol sosial. Kita juga sering mengikuti diskusi atau acara bincang-bincang (talk show) di televisi dan radio. Iklan layanan masyarakat atau layanan sosial merupakan salah satu wujud penerapan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Semua itu merupakan kegiatan berbahasa yang memberikan kepada kita cara untuk memperoleh pandangan baru, sikap baru, perilaku dan tindakan yang baik. Di samping itu, kita belajar untuk menyimak dan mendengarkan pandangan orang lain mengenai suatu hal.
Contoh fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang sangat mudah kita terapkan adalah sebagai alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk meredakan rasa marah kita. Tuangkanlah rasa dongkol dan marah kita ke dalam bentuk tulisan. Biasanya, pada akhirnya, rasa marah kita berangsur-angsur menghilang dan kita dapat melihat persoalan secara lebih jelas dan tenang.